Terkadang kesendirian melahirkan sebuah kebahagian
Kebahagian yang tak dimilki oleh mereka
Karena kita terbiasa bermain dan bercengkrama dengan kesendirian
Yang akan menghapus pelangi kesedihan…yang akan lahir nanti.
Kadang manusia butuh waktu untuk sendiri…
Kadang kita sendiri butuh waktu untuk menyelami dari suatu kesalahan
yang ada, memikirkan langkah berikutnya setelah kita terjatuh. Kadang
semuanya butuh proses yang sama sekali tidak gampang. Menyadari dan
mengakui sebuah kesalahan dapat terjadi pun butuh sebuah keberanian.
Sama sekali bukan hal yang mudah. Terutama jika kita mempunyai sikap
yang arogan dan egoistik.
Entah sejak kapan aku menyadari bahwa hidup di dunia ini bukan cuma
takdir, namun juga cobaan, bahkan siksaan dan buat aku, HIDUP adalah
masalah. Masalah yang harus diselesaikan dan dicari solusinya. Kita
tidak bisa menghindar atau lari dari masalah. Kalau tidak diselesaikan
atau menghindarinya, satu saat pasti akan terakumulasi. Satu saat akan
meledak dan menghancurkan diri kita sendiri. Jadi sebelum masalah itu
membesar dan meledak, harus diselesaikan secepatnya. Kita tak bisa
menghindar atau lari dari masalah, selesaikan secepatnya jangan ditunda.
HIDUP adalah ujian dan cobaan. Hidup harus dijalani dengan hati yang
tulus serta lapang dada. Nah, sekarang bagaimana kita melewati berbagai
ujian itu tanpa ada rasa emosi, tanpa harus terbakar amarah dan dendam
pada orang lain, susah pastinya.
Dan HIDUP juga sebagai pilihan. Karena kemanapun kita berjalan dan
pergi selalu dihadapkan dengan suatu pilihan. Pilihan antara yang baik
dan buruk dan pilihan yang terkadang tidak mudah diputuskan. Setiap
pilihan pasti punya konsekwensi baik dan buruknya sendiri dan setiap
pilihan harus diperjuangkan, serta harus pintar-pintar dan hati-hati
memilihnya. Jangan sampai salah dan keliru menentukan pilihan yang akan
diambil dan yang terpenting juga adalah kita harus bisa mengelola
pilihan dengan baik karena pada intinya, ambil hal-hal positif atau baik
dari pilihan yang buruk, yang jelek atau jahat kita buang.
Kesendirian memberi arti dari perjalanan hidup kita karena dia,
kesendirian itu sendiri, memberi kita waktu untuk merenung, mencoba
mengenali diri kita sendiri, dan pda akhirnya setelah mengetahui segala
kelemahan dan kekuatan kita, kita dapat menguatkan diri dalam keputusan
untuk bersiap-siap memasuki gelanggang perang kehidupan dengan semangat
baru dan Tuhan menciptakan malam untuk membuat manusia berfikir dengan
segala kemampuannya bahwa, kesendirian itu diperlukan, dan setiap
apa-apa yang diciptakan-Nya selalu mempunyai tujuan.
Merasa kesendirian bukanlah perkara yang sederhana. Hal ini boleh berdampak besar di dalam kehidupan seseorang.
Orang yang kesepian dan merasa sendiri akan dihantui dengan fikiran
bahwa orang lain tidak peduli kepadanya, tidak ada lagi yang
memperhatikannya. Dia dibayangi perasaan bahwa dirinya tak berharga,
sehingga terpancar ketidak ceriaan di wajahnya dan dihantui dengan rasa
sedih.
Kesendirian akan membuatnya mencari kompensasi dengan berbuat sesuatu
yang merugikan dirinya sendiri, bahkan mungkin juga merugikan orang
lain!!
Tapi jangan lupa bahwa Kesendirianlah yang membuat kita belajar untuk
berdiri kokoh setegar karang. Menerobos kuatnya badai dengan segudang
semangat. Menguatkan jiwa dengan gelora iman yang membara.
Kesendirianlah yang membuat kita terus melaju.. bertarung hingga
kelelahan menjadi teman setia kita.
Kesendirian sejatinya melelahkan dan melemahkan. Namun, aku selalu
percaya, dari setiap kelelahan selalu ada kebahagiaan, dari setiap
kelemahan selalu menyimpan energi kekuatan yang tak tertandingi.
Kesendirian, membuatku belajar. Bagaimana memahami setiap pesan
dari-Nya.. serta memahami akan arti dan tujuan hidup kita serta selalu
meletakkan semua harap agar selalu tertuju pada-Nya.. Kesendirianlah
yang mengajarkanku semuanya.
Kesendirian, membuatku memahami, bagaimana menjaga semangat agar
selalu tertata, menjaga hati agar kokoh hingga tergenapkan oleh-Nya..
menjaga diri agar panah syetan hanyalah sebuah buaian malam di siang
yang terang.. Menjaga Jiwa agar selalu mengawasi keberadaan nafsu.. dan
menjaga kemampuan agar selalu memberikan inspirasi bagi siapapun yang
kita temui.
Lalu aku tiba-tiba teringat untuk coba belajar dari Paulus karena
selama perjalanan hidupnya ia tidak pernah merasa sendiri, kerana Paulus
menyadari bahwa Tuhan YESUS selalu memperhatikan dan memberi
penghiburan kepadanya.
2 Korintus 1:3
“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,”
Dengan menyadari bahwa Tuhan memperhatikan dan menghibur kita
seharusnya tidak ada lagi perasaan kesepian dan kesendirian, justru di
saat kita sendiri kita punya lebih banyak waktu untuk bersekutu lebih
intim dengan DIA.
Kesendirian memang tidak pernah lepas dari kehidupan seseorang. Semenjak
kita lahir, kita terlahir sebagai manusia yang sendiri, kecuali jika
kembar siam atau sekedar kembar. Lalu kedua orang tua kita yang berperan
dalam mengahdirkan kita kedunia ini , selain Tuhan YME ,hadir menemani
hari – hari kita sepanjang hayat mereka. Kemudian saat kita dikebumikan
pun pasti akan sendiri.
Arti orang tua dalam hidup memang
sangat besar dan tidak ada bandingannya di dunia ini. Orang tua adalah
Wakil Tuhan yang ada di dunia. Restu orang tua kita, terkadang ialah
termasuk restu Tuhan juga. Sepanjang hidup kita pasti akan mendapat
dampingan dari orang tua kita, namun terkadang banyak dari kita tidak
dapat merasakan kebersamaan dengan orang tua kita sendiri dengan
berbagai sebab.
Ketika beranjak dewasa, sebagai manusia
normal, sudah pasti kita terjatuh dalam jurang yang bernama cinta.
Cinta antara dua insan yang berbeda jenis, dimana sudah digariskan oleh
Yang Maha Kuasa untuk terjadi. Setiap orang sudah pasti dianugerahi
cinta. Karena telah digariskan maka setiap manusia tidak bisa mengelak
akan hal itu.
Acap kali perasaan yang dimiliki setiap
insan tidak sama. Di sisi kaum adam mempunyai perasaan cinta A,
sedangakan kaum hawa B. kedua perasaan tersebut akan sulit disatukan,
karena alasan yang berbeda – beda setiap insan. Dari perkara inilah maka
banyak bertebaran para tuna asmara / jomblo / single di masyarakat.
Kesendirian seperti inilah yang banyak membuat para tuna asmara di
dalamnya merasa risau. Terutama pada usia ABG, namun juga akan dialami
oleh orang sudah dianggap sudah sangat matang. Diantara kedua masa
tersebut tentulah masa orang dianggap matang lebih merasa terbebani oleh
kesendirian tersebut.
Semua karena cinta. Penyebab
kesendirian-pun disebabkan karena cinta. Walau banyak orang berpendapat
bahwa cinta sejati adalah perasaan cinta tanpa alasan. Namun kenyataanya
banyak kesendirian yang terjadi karena mereka merasa tidak dicintai.
Akan selalu ada alasan yang akan meluncur ketika orang menyatakan
ketidakcintaanya kepada seseorang, yang katanya cinta itu tidak
beralasan.
Cinta yang dipercaya akan membawa suatu keindahan
akan berubah 180 derajat membawa suatu mimpi buruk bagi pelakunya. Ada 2
macam cinta yakni
Cinta Ekspansif dan
Cinta Kontruktif. Cinta Ekspansif
Cinta yang sudah pasti mendatangkan energy positif bagi pelakunya.
Bagaimana orang tidak bahagia jika rasa cinta yang sudah lama terpendam
ternyata berbalas. Semua kegiatan yang kita lakukan akan terasa bahagia
karena energy cinta ekspansif tersebut.
Cinta ekspansif yang lain
ialah ketika kita sedang merasakan cinta namun tidak berbalas. Walupun
tidak berbalas cinta yang kita miliki tidak miliki tidak padam, dan
terus berusaha mengupgrade diri dari segala yang dimiliknya, agar lebih
lebih layak dan dapat diperhitungkan untuk dibalas.
Cinta Kontraktif
Cinta yang pada umunya memiliki energy yang negative karena
ketidakmampuan pemiliknya untuk mengontrolnya, sehingga akan berdampak
buruk pada pemiliknya. Hal ini terjadi karena realita cinta yang
dihadapi tidak sesuai dengan angan – angan pemiliknya. Rasa menyalahakan
pada dirinya akan sangat besar sekali atas ketidaksempurnaanya.
Kesendirian memang tidak mengenakkan, terutama bagi pemilik cinta
kontraktif yang tidak mampu mengontrol cintanya. Rasa gelisah, galau,
gusar akan senantiasa menghinggapinya. Tanpa berusaha menerima dirinya
apa adanya.
Cinta itu harus diperjuangkan. Tanpa diperjuangkan,
mustahil kita akan mendapatkan apa yang kita cintai. Terkadang, banyak
dari kita telah memperjuangkan, namun tidak dapat memerdekakan sebuah
cinta. Disitu terkadang saya merasa sedih.
Memang cinta itu
tanpa alasan. Tapi terkadang alasan-lah yang membuat sebuah cinta.
Kesendirian terkadang adalah suratan, namun juga sebuah pilihan. Jika
memang suratan, maka pasti ada yang salah pada diri kita, mengapa tidak
bisa cepat memperoleh cinta. Karena pada dasarnya manusia telah
diciptakan berpasang – pasang.
Semakin bermazmur lebih dalam
lagi mengenai diri kita yang tak kunjung mendapatkan cinta. Disela –
sela kita bermazmur, pasti akan ada jawaban mengapa kita tetap sendiri.
Di titik itulah segala kegelisah yang telah menumpuk sesak dalam hati
kita akan sedikit lega, jika kita bersyukur.
Karena semakin
dalam kita bermazmur, maka kita akan lebih tau siapa diri kita yang
sebenarnya, dan itu disebabkan oleh kedahsyatan kekuatan dari cinta itu
sendiri. Namun dari cinta itulah yang membuat kita semakin kuat, dewasa,
dan memandang masa depan dengan penuh optimis. Karena jika mempercayai
cinta, maka kita akan terus berusaha menuju yang lebih baik lagi, agar
pantas untuk dicinta. Tanpa harus meninggalkan siapa diri kita
sebenarnya.
Kesendirian Memiliki Keindahan
Saya tidak tahu apakah Anda pernah merasa kesepian; ketika tiba-tiba
Anda menyadari bahwa Anda tidak punya hubungan dengan siapa
pun—bukan suatu kesadaran intelektual, melainkan kesadaran aktual
... dan Anda terisolasi sepenuhnya. Setiap pikiran dan emosi terhalang;
Anda tidak bisa berpaling ke mana pun; tidak ada siapa pun untuk
didatangi: Tuhan, dewa, malaikat, semua telah lenyap di balik awan, dan
ketika awan itu lenyap, mereka juga lenyap; Anda sepenuhnya
kesepian—saya tidak akan menggunakan kata ‘sendirian’.
’Sendiri’ mempunyai arti yang lain sekali;
’sendiri’ memiliki keindahan. Berada ’sendiri’
mempunyai makna yang sama sekali lain. Dan Anda harus berada sendiri.
Bila manusia membebaskan diri dari struktur sosial dari keserakahan,
iri hati, ambisi, arogansi, pencapaian, status—jika ia
membebaskan diri dari semua itu, maka ia berada sepenuhnya sendiri. Itu
hal yang lain sekali. Maka di situ terdapat keindahan besar, rasa akan
energi yang besar.
Kesendirian Bukan Kesepian
Sekalipun kita semua sama-sama manusia, kita membangun dinding di
antara kita dan tetangga kita melalui nasionalisme, melalui ras, kasta,
dan kelas—yang lalu menimbulkan isolasi, kesepian.
Nah, batin yang terperangkap dalam kesepian, dalam keadaan terisolasi,
tidak mungkin dapat memahami apa itu agama. Ia mungkin percaya, ia
mungkin memiliki teori, konsep, akidah, ia mungkin mencoba
menghubungkan dirinya dengan apa yang disebutnya ’Tuhan’;
tetapi agama, menurut saya, tidak ada hubungannya sama sekali dengan
kepercayaan apa pun, dengan rohaniwan apa pun, dengan lembaga keagamaan
apa pun, atau apa yang dinamakan ’kitab suci’ mana pun.
Keadaan batin yang religius hanya dapat dipahami apabila kita
mulai mengerti apa itu keindahan; dan pemahaman keindahan harus
didekati melalui kesendirian total. Hanya apabila batin berada sendiri
sepenuhnya, ia dapat mengetahui apa itu keindahan, dan tidak dalam
keadaan lain apa pun.
Kesendirian jelas bukan isolasi, dan itu bukan keunikan. Unik hanyalah
sekadar istimewa dalam salah satu hal, sedangkan untuk berada sendiri
sepenuhnya dituntut kepekaan, kecerdasan, pemahaman luar biasa. Untuk
berada sendiri sepenuhnya berarti batin sepenuhnya bebas dari segala
macam pengaruh, dan oleh karena itu tidak tercemar oleh masyarakat; dan
ia harus berada sendiri untuk memahami apa itu agama—yang berarti
menemukan sendiri apakah ada sesuatu yang abadi, di luar waktu.
Mengetahui Kesepian
Kesepian sama sekali lain dari kesendirian. Kesepian itu harus diatasi
agar bisa berada sendiri. Kesepian tidak bisa dibandingkan dengan
kesendirian. Orang yang mengetahui kesepian tidak pernah bisa
mengetahui apa yang berada sendiri. Apakah Anda berada dalam keadaan
sendiri itu? Pikiran kita tidak terpadu untuk berada sendiri. Adanya
pikiran itu sendiri bersifat memisahkan. Dan apa yang memisahkan
mengetahui kesepian.
Tetapi kesendirian tidak bersifat memisahkan. Itu adalah sesuatu yang
bukan dari yang banyak, yang tidak terpengaruh oleh yang banyak, yang
bukan hasil dari yang banyak, yang tidak dibentuk seperti pikiran ini;
pikiran adalah dari yang banyak. Pikiran bukanlah entitas yang berada
sendiri, oleh karena pikiran terbentuk, tersusun, terbuat selama
berabad-abad. Pikiran tidak bisa berada sendiri. Pikiran tidak mungkin
bisa memahami kesendirian. Tetapi dengan menyadari kesepian ketika
melaluinya, muncullah kesendirian. Hanya dengan demikian bisa muncul
apa yang tak terukur. Sayang sekali kebanyakan kita mencari
kebergantungan. Kita menginginkan teman, kita menginginkan sahabat,
kita ingin hidup dalam keadaan terpisah, dalam keadaan yang
menghasilkan konflik. Apa yang berada sendiri tidak pernah berada dalam
keadaan konflik. Tetapi pikiran tidak mungkin bisa melihatnya, tidak
mungkin bisa memahaminya, ia hanya bisa mengetahui kesepian.
Hanya dalam Kesendirian Terdapat Kepolosan
Kebanyakan dari kita tidak pernah berada sendiri. Anda mungkin menarik
diri ke gunung dan hidup sebagai petapa, tetapi sementara Anda secara
fisik berada sendiri, Anda memiliki seluruh gagasan-gagasan Anda,
pengalaman Anda, tradisi Anda, pengetahuan Anda tentang masa lampau.
Rahib Kristen di dalam sel biaranya tidak sendiri; ia bersama Yesus
konseptualnya, bersama teologinya, bersama kepercayaan dan dogma-dogma
tertentu yang mengkondisikannya. Begitu pula, sang sannyasi di India
yang menarik diri dari dunia dan hidup terisolir tidak sendiri, karena
ia pun hidup bersama ingatan-ingatannya.
Saya bicara tentang kesendirian yang di situ batin sepenuhnya bebas
dari masa lampau, dan hanya batin seperti itulah yang bajik, oleh
karena hanya di dalam kesendirian inilah terdapat kepolosan. Mungkin
Anda berkata, ”Itu tuntutan yang terlalu banyak. Kita tidak bisa
hidup seperti itu di dunia yang kacau ini, yang di situ orang harus
pergi ke kantor setiap hari, mencari nafkah, membuat anak, menanggung
gerutu istri atau suami, dan sebagainya.” Tetapi saya rasa, apa
yang kita bicarakan berhubungan langsung dengan kehidupan dan tindakan
sehari-hari; kalau tidak, itu tidak punya nilai sama sekali. Nah, dari
kesendirian ini muncul suatu kebajikan yang kuat yang membawa rasa luar
biasa akan kemurnian dan kelembutan. Tidak penting apakah kita membuat
kesalahan; itu sangat tidak penting. Yang penting adalah memiliki rasa
berada sendiri sepenuhnya, tak tercemari, oleh karena hanya batin
seperti itulah yang dapat mengetahui atau menyadari apa yang berada di
luar kata-kata, di luar nama, di luar segala proyeksi imajinasi.
Orang Yang Sendiri Adalah Polos
Salah satu penyebab penderitaan adalah kesepian luar biasa manusia.
Anda mungkin memiliki teman, Anda mungkin memiliki tuhan-tuhan, Anda
mungkin memiliki pengetahuan yang luas, Anda mungkin aktif luar biasa
di bidang sosial, bergunjing tidak habis-habisnya tentang
politik—dan itulah yang dilakukan oleh kebanyakan
politisi—dan kesepian ini tetap ada. Oleh karena itu manusia
mencari suatu makna dalam kehidupan, dan ia menciptakan suatu makna,
suatu arti. Tetapi kesepian itu tetap ada. Jadi, dapatkah Anda
memandangnya tanpa pembandingan sedikit pun, sekadar melihat apa
adanya, tanpa mencoba lari darinya, tanpa mencoba menutupinya, atau
meloloskan diri darinya? Maka Anda akan melihat kesepian itu menjadi
sesuatu yang lain sama sekali.
Kita tidak sendiri. Kita adalah hasil dari ribuan pengaruh, ribuan
pengkondisian, warisan psikologis, propaganda, budaya. Kita tidak
sendiri, dan oleh karena itu kita adalah manusia bekas. Bila kita
sendiri, sendiri sepenuhnya, tidak termasuk keluarga apa
pun—sekalipun mungkin kita punya keluarga—juga tidak
termasuk bangsa apa pun, budaya apa pun, komitmen apa pun, terdapat
rasa sebagai orang luar—orang luar terhadap setiap bentuk
pikiran, tindakan, keluarga, bangsa. Dan hanyalah dia yang sepenuhnya
sendiri yang polos. Kepolosan inilah yang membebaskan batin dari
penderitaan.
Kesendirian Yang Di Situ Tidak Ada Ketakutan
Hanya jika batin mampu menanggalkan semua pengaruh, semua campur tangan, dan berada sepenuhnya sendiri ... terdapat kreativitas.
Di dunia, makin lama makin banyak teknik dikembangkan—teknik
bagaimana menpengaruhi orang melalui propaganda, melalui pemaksaan,
melalui peniruan. ... Tak terhitung banyaknya buku ditulis tentang
bagaimana melakukan ini-itu, bagaimana berpikir efisien, bagaimana
membangun rumah, bagaimana membuat mesin, sehingga berangsur-angsur
kita kehilangan inisiatif, inisiatif untuk memikirkan sesuatu yang
orisinal bagi kita sendiri. Dalam pendidikan kita, dalam hubungan kita
dengan pemerintah, dengan berbagai cara, kita dipengaruhi untuk
menyesuaikan diri, untuk meniru. Dan bila kita membiarkan suatu
pengaruh membujuk kita untuk mengambil sikap atau tindakan tertentu,
dengan sendirinya kita menciptakan perlawanan terhadap
pengaruh-pengaruh yang lain. Di dalam proses menciptakan perlawanan
terhadap pengaruh lain, tidakkah kita menyerah kepadanya secara negatif?
Tidakkah batin seharusnya selalu berada dalam keadaan berontak, untuk
dapat memahami berbagai pengaruh yang selalu menerpa, mencampuri,
mengendalikan, membentuk? Bukankah salah satu sifat batin yang remeh
adalah bahwa ia selalu ketakutan, dan—karena bingung—ia
menghendaki ketertiban, ia menghendaki konsistensi, ia menghendaki
suatu wujud, suatu bentuk yang dapat menuntunnya dan mengendalikannya.
Namun, wujud-wujud ini, berbagai pengaruh ini menciptakan kontradiksi
di dalam individu, menciptakan kebingungan di dalam individu. ...
Pilihan apa pun di antara berbagai pengaruh itu tetap berada di dalam
keremehan itu.
... Tidakkah batin seharusnya memiliki kemampuan untuk
menyelami—bukan meniru, bukan dibentuk—dan untuk berada
tanpa ketakutan? Tidakkah seharusnya batin seperti itu berada sendiri
dan dengan demikian kreatif? Kreativitas seperti bukan milik Anda atau
milik saya; dia anonim.