Pengertian, penyebab dan cara mengatasi lupa - Lupa mungkin bukan hal yang asing atau tabu dikalangan masyarakat, lupa sering kali terjadi pada semua orang,
baik yang kecil, remaja, dewasa, hingga yang tua, yang miskin dan yang
kaya pun tak luput dari lupa, ya memang itulah kodrat manuisa adalah
tempatnya salah dan lupa, loh kok saya jadi dakwah :D hehe, tapi tenang
saja, anda tidak perlu khawatir jika anda sering mengalami lupa, karena
dalam artikel ini saya akan menjelaskan tentang pengertian lupa, penyebab lupa dan cara mengatasi lupa. Berikut penjelasannya.
Lupa (forgetting)
ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber
(1988) mendefinisikan Lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan
mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara
sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau
dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa adalah suatu kondisi dimana suatu informasi yang telah disimpan dalam memori otak jangka panjang hilang (Long term Memory).
Mengapa seseorang bisa lupa? Ada beberapa macam ‘lupa’. Menurut
artikel yang gw baca, ‘lupa’ bisa terjadi karena proses penyimpanan pada
long term memory tidak dilakukan atau dilakukan secara tidak
tepat atau tidak sempurna. Lupa jenis ini terjadi karena suatu informasi
hanya disimpan pada memori otak jangka pendek (Short Term Memory) dan tidak diantarkan dengan mulus sampai long term memory.Jenis ‘lupa’ yang lain adalah lupa yang diakibatkan karena berjalannya waktu. Lupa ini terjadi karena kita mengingat sesuatu pada masa lalu tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya kita lupa, hal ini disebabkan karena kita jarang menggunakan informasi itu lagi dan otak kita tidak pernah memproses informasi tersebut.
Ada lagi lupa yang terjadi karena adanya proses interference. Lupa jenis ini diakibatkan karena terjadinya pencampuran antara berbagai informasi yang otak kita proses. Informasi yang lama bercampur dengan informasi yang baru dan akhirnya mengganggu satu dengan yang lain, mengakibatkan hilangnya sebagian informasi lama dan baru tersebut.
Faktor-Faktor Penyebab Lupa
- Kadar gula darah tinggi
Penyimpanan memori bisa terganggu akibat tingginya gula darah Anda. Awas, kondisi ini bisa menggangu bagian otak yang berhubungan dengan memori. Jika memiliki riwayat keluarga penderita penyakit kencing manis, sebaiknya kendalikan asupan gula Anda. Lakukan juga tes gula darah secara rutin. Dan, jangan lupa menjaga pola makan sehat serta tetap aktif. Jalan kaki adalah salah satu alternatif efektif mencegah diabetes. - Kurang Istirahat
Otak mengandalkan aktivitas tidur untuk menyimpan memori baru. Dalam sebuah penelitian, responden yang tidur enam jam setiap malam selama dua minggu mungkin tidak merasa kurang tidur. Namun, setelah dilakukan tes memori secara substansial, hasilnya mereka sulit mengingat memori jangka pendek. Pertajam daya ingat Anda dengan membuat prioritas istirahat yang cukup. Jika Anda tidak bisa, coba lakukan tidur pendek selama enam menit saat tubuh terasa lelah. Cara ini bisa meningkatkan kinerja dan memicu proses memori penting dalam otak. - Mendengkur
Mendengkur tak hanya mengganggu kualitas tidur, tapi juga bisa menurunkan daya ingat. Saat tidur mendengkur, saluran napas Anda akan terblokir, sehingga memotong oksigen beberapa detik pada suatu waktu dan menyebabkan sel-sel otak kelaparan. - Metabolisme menurun
Jika hal ini terjadi, kemungkinan Anda memiliki masalah tiroid. Hormon tiroid mengontrol metabolisme tubuh. Bila produksinya terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mengganggu sel-sel otak, yang dapat memperlambat masuknya informasi ke otak. Solusi: tak ada salahnya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mengatasi masalah ini. - Usia lebih dari 65 tahun
Di usia ini, manusia akan lebih sulit untuk menyerap vitamin B12 dari makanan. Kekurangan B12 serius dapat menyebabkan penyakit Alzheimer atau pikun. Karena itu, seiringnya bertambah usia, lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui cara meningkatkan asupan B12, misalnya dengan suplemen. Selain manula, penganut vegetarian juga seringkali kekurangan vitamin B12. - Mengalami depresi
Penderita depresi berat juga mengalami gangguan pada sel-sel otak. Bahkan, ketika depresi berlangsung, ada kemungkinan kondisi ini bisa membunuh sel-sel otak, sehingga menyebabkan daya ingat ‘merosot’. Solusinya, segera cari pengobatan. Pasalnya, makin banyak sel-sel otak yang ‘hilang’, daya ingat akan makin sulit ditingkatkan. - Mengonsumsi obat alergi atau pil tidur
Obat-obatan untuk mengatasi masalah seperti insomnia, alergi, dan gangguan perencanaan, ternyata juga juga bisa menyebabkan fungsi otak terganggu. Maka itu, sebelum mengonsumsi obat ini sebaiknya konsultasikan dulu pada dokter agar daya ingat Anda tidak ikut terganggu. - Terlalu banyak kosumsi obat
Lupa dapat terjadi karena gangguan
konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem
memori. Gangguan konflik dalam lupa ini terbagi menjadi dua yaitu:
- Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek.
- Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa.
Proses Terjadinya Lupa
Ada empat tahap dalam proses terjadinya lupa, yaitu:- Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
- Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
- Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
- Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
Cara Mengurangi Lupa dalam Belajar
- Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
- Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
- Mnemonic Device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
- Pengelompokkan, maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
- Latihan Terbagi, lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
- Pengaruh Letak Bersambung, untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)
Cara Mengatasi Lupa
- Memperbanyak konsumsi ikan Asam lemak omega-3 yang terkandung dalam ikan seperti salmon dan makanan yang telah diperkaya seperti yogurt merupakan makanan super untuk memori. DHA, sejenis omega-3, efektif menurunkan peradangan arteri dan memperbaiki lapisan pelindung saraf.
- Olahraga meningkatkan detak jantung 3 kali seminggu selama 20 menit, bahkan hanya dengan berjalan, akan memperbanyak oksigen di otak sehingga membantu pertumbuhan sel-sel baru. Menurut Sam Wang, PhD, associate professor of neuroscience di Princeton University, latihan aerobik juga sama efektifnya dengan aktivitas pelatihan otak lainnya. Tidak harus ke gym.
- Mencatat kegiatan Buatlah daftar kegiatan dengan menggunakan agenda harian atau notebook kecil. Pastikan selalu menempatkan kunci mobil atau apapun di tempat yang sama. Hal ini akan memudahkan Anda jika hilang ingatan menyerang.
- Membaca buku mungkin terdengarnya agak klasik, tapi para peneliti dari Mayo Clinic menunjukkan bahwa membaca bisa menurunkan risiko kehilangan memori hingga 30-50 persen. Jadi jangan lupa membaca buku dimanapun Anda berada. Bacaan seperti buku-buku ilmu pengetahuan dan novel adalah bacaan yang paling bisa membantu meningkatkan kemampuan otak.
“Lupa Menurut Psikologi Belajar” agar kita semua mengetahui segala hal yang berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat untuk para pembacanya.
A. Pengertian Lupa
Lupa
merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari
dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan
sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau
atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja
dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah
orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani
dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal
mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian
saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut
hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang
diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah
hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa
ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita,
sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang
mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah
disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991:
150).
Muhibbinsyah
(1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan
lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana.
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari,
dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.
B. Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa
yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau
materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses
metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak
sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak
digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin
pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami
perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Penghalusan:
materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus
dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan:
bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas,
sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan
bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi:
bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol,
sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat
sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di
sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
3. Kalau
mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat,
tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat
diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan
retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari
tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi
lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut
hambatan proaktif.
4. Ada
kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi.
Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan
sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani
akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini
terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa
nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut
paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui
psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga
menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
C. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) proactive interference, 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang
siswa akan mengalami gangguan proaktifapabila materi pelajaran yang
sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa
tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan
materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang
pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat
sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya,
seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktifapabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi
pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal
permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat
sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut
lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua,
lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap
item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi
karena adanya kemungkinan.
a. Karena
item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya)
yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja
menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c. Karena
item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke
alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory
yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan
bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti
tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi
analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya
itu.
Ketiga,
lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau
kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka
kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya
di kebun binatang.
Keempat,
lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap
proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu
hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena
ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah
terlupakan.
Kelima,
menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan
demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin
juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam,
lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun
penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan
proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan
eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali
gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang
menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item
informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item
yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem
memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.
Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang
waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses
pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut
(Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah
materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari
ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!”
materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa
namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya
banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan
relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah
dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai
prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)
D. Lupa Versus Hilang
Kerapkali
pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal
apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil
penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan
petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam
ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat
sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal
yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek
apa-apa. (Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai
buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi
kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali
kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian
kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga
karena kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan
konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh
gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin
Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang
terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar,
sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam
bawah sadar.
Gangguan-gangguan
yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang
maupun jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa
informasi-informasi yang baru didapat membingungkan informasi-informasi
yang lama disebut “inhibisi retroaktif” atau gangguan retroaktif.
Sebaliknya, bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk
mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi
proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)
E. Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa
ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan.
Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak
mengindahkan. Baik lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan
lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa
samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.
Kadang-kadang
kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa
seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa
yang ingin kita ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat
berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan
nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian
struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah
lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan
menjadi samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian.
Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung
diantara alam bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang
timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha
mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat
atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, Cuma kurang pasti.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)
F. Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa
merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak
dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa,
yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated
forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini
khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1. Decay theory
Teori
ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya
waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini
mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan
meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau
menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak
ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh
ausnya informasi.
2. Teori interferensi
Teori
ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga
panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan
tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses
mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru
diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa
juga sebaliknya.
Bila
informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari
informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi
retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi
yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam
memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru
saja disimpan.
3. Teori retrieval failure
Teori
ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang
sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan
untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan
mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai.
Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang
tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat
kembali.
4. Teori motivated forgetting
Menurut
teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak
menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini
cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori
ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund
Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan
bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para
peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai
berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram.
Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia.
Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam
beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia
retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja
diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses
lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor
biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
G. Meningkatkan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1. Proses
memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat
sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan
sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia
mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu
untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan
yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus
mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan
jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari
mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks
dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan
lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu
mempermudah recognition.
3. Proses
memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi
yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu
dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian
rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi
yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah
satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of
loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu
tempat yang ia kenal dengan baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan
dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Ia
membayangkan benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk,
di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian ia
diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus
diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode
menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan informasi yang
harus diingat satu dengan lainnya sehingga mempunyai arti, walu
kadang-kadang agak lucu.
Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang
amat kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak membantu:
a. Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b. Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim
sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam
jembatankeledai yang pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota
BERIMAN, dan lain-lain). (Irwanto, 1991: 152-158)
H. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat
terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya
ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam
meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan
Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1. Overlearning
Overlearning
(belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila
respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran
atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang
dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila
pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4
lebih kuat.
2. Extra Study Time
Extra
Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi
waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar.
Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan
belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat
melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic Device
Mnemonic
device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti
kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan
item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokkan
Maksud
kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau
sangat mirip.
5. Latihan Terbagi
Lawan
latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan
terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa
melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan
latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk
menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa
dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa
dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
6. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk
memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial
position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama,
istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang
harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya
ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak
sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat.
Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut
memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem
akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)
SIMPULAN
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
1. Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
2. Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
3. Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil kembali item tersebut.
4. Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
5. Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai
6. Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara mengurangi lupa:
1. Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2. Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu
No comments:
Post a Comment